Tapi siapa sangka dalam kondisi rumah tangga yang utuh dan baik pun tidak menutupi ada keadaan suamii/istri berjuang sebagai single parent. Contohnya sepertiku sekarang Suami yang berprofesi sebagai konsultan oil n gas punya kewajiban untuk mendatangi klien atau training diluar kota kami tinggal. Hal itu sudah aku alami dari sejak kami menikah. Dia bisa meninggalkan kami (aku dan anakku yang dulu seorang) mulai jangka terpendek 3 hari sampai terlama sebulan. Bisa sebulan sekali pergi bahkan pernah lebih dari sekali pergi. Jika klien yang berpropek bagus pasti akan didatangi lebih sering dan demanding memakan perhatian suami selama dalam wilayahnya. Akibatnya komunikasi telepon, sms, WA pun bisa jarang apalagi kalau perbedaan waktu cukup jauh.
Hal ini dialami pula oleh beberapa teman dan sodara dengan profesi suami yang berbeda. Kondisi hampir mirip banyak ditinggal suami karena pekerjaan di laut, tugas dikota lain dan dia pun bekerja, sampai pekerjaan suami menjelajah samudra dan pulang ke rumah setiap 9 bulan (.
Bisa dibayangkan jarak berjauhan tak ubahnya memberikan posisi otoritas mutlak di rumah. layaknya single parent, istri yang ditinggal tersebut membuat dan memutuskan keputusan praktis mengenai hal anak dan rumah saat suami bertugas. Ehm...jangan dianggap enteng lo! Mari kita jabarkan seluk beluk hal tak enteng dalam hidup sang single parent musiman ini;
Urusan anak 1 2 3 orang tak ada beda selalu ada naik turun emosi dalam menangani mahluk-mahluk kecil mengemaskan itu saat dirumah. Di sekolah, membangun komunikasi guru-murib, ortu murib, sampai urusan playdate pun tak kalah penting, Belum lagi kalau anak sakit, perlu ke dokter, perlu obat bahkan kalau parah bisa inap RS urusannya.
Urusan dapur dan rumah (masak, bersih2,) serta belanja pun tak kalah heboh karena belum tentu semua rumah tangga memiliki asisten pribadi.
Urusan tetangga dan keluarga lain dari mulai arisan, pengajian, sms dan WA yang harus dibalas pun harus masuk jadwal di organiser.
WOW...sibuknya seorang ibu single parent, semua yang harus dilakukan menumpuk di pikiran dan siap eksekusi pada saatnya, kadang tak sempurna tapi dia dan anaknya tetap bisa hidup :)
Tapi satu hal patut disukuri ibu-ibu single parent musiman sepertiku, selain tak pusing masalah mencari materi, kami selalu ada harapan menanti suami kami kembali, sehat dan selamat. Ada harapan besok saat dia pulang kami kembali jadi 1 tim yang kompak membangun rumah tangga ini. Ada rasa kangen sekedar nonton tivi, ngobrol sambil makan anggur dimalam hari saat anak-anak sudah tidur. Ada perasaan senang saat anak-anak menyambut bapanya dengan suka cita apalagi kalau sekalian dibawakan oleh-oleh ;p
So, masi mau being single parent for bad or good? mending jangan! Ga mau kan susah selalu seumur hidup ;p kecuali Allah SWT berkehendak lain, kita tak bisa menahannya. Tapi jangan berpikiran atau punya rencana karena ada teman akan lebih baik. Semoga kita selalu dberikan kekuatan menjaga pernikahan dan amanah kita.
Luv U from Aachen Bapak <3