Sejak beralih profesi menjadi Full Time Wife and Moms alias IRT setelah menikah, blas...dunia kerja apalagi yang berhubungan dengan Matematika sudah tidak update lagi. Rutinitas pun berganti menjadi seputar pekerjaan domestik rumah tangga dan anak yang membuat bosen. Masak sudah…anak tidur sudah…masa nonton serial mulu sih?
Sesuai judul di atas, lewat mention seorang teman di status fb-nya, pertama kali saya tahu ada sekolah menulis. Kayanya asik, kebeneran harga terjangkau :D
Kalau dirunut kejaman masa kecil dulu, senang sekali dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Entah kenapa guru bahasa Indonesia yang sekarang sudah lupa namanya itu (Hapunten bapak) selalu teringat wajahnya. Beliau mengajarkan dengan sistematis semua kaidah tata bahasa Indonesia, misalnya arti awalan me-, ber- sampai peribahasa dan yang paling membetekan adalah menulis indah (thanks God ada computer) Karena senang dengan bahasa, saat itu senang sekali dengan mengarang. Dua halaman folio bahkan lebih bisa terisi satu cerita berisikan 3 paragraf, pembukaan, isi dan penutup.
Keseriusan menulis dilanjutkan dengan membuat buku cerita waktu di SMP, lupa persis isinya tapi buku itu hanya untuk koleksi pribadi saja. Seneng banget nempel-nempel berita, lagu atau cerita dari majalah bobo sejak juga sejak jaman SD sampai SMP kayanya. Kalau satu buku sudah penuh pasti seneng pindah cari buku lain. Menulis diari SMA yang terisi rangkuman kegiatan dan perasaan masa muda. Jadi, kalau dipikir-pikir ibu sudah menelorkan lebih dari 5 buku, hanya untuk pribadi! :D
So, ikut Sekolah Perempuan dan punya kesempatan membuat bahkan menerbitkan buku seperti membuka kembali hobi masa kecil yang tertunda. Seperti kembali punya cita-cita dan berusaha bagaimana itu bisa terwujud. Kembali belajar dan membaca dengan harapan anak-anak pun melihat ibunya punya gairah akan sesuatu dan mewujudkannya. Otak seakan kembali bekerja, tidak diam dan menerima.
Namun di atas semuanya, ketika usaha tadi belum menemukan hasil maka pasrah atas kehendak Allah SWT Yang Maha Berkehendak adalah lebih utama.
2 Comments
IRT alias ibu rumah tangga. Sesuai dengan ada kata keterangan tempat "Rumah", menunjukkan seseorang itu berada di rumah. Umumnya mereka yang menyebut dirinya IRT ini memang tak bekerja di luar rumah atau sekarang istilah kerennya full-time mother. Ada hari dimana bisa jadi ia berada di rumah terus menerus dari matahari terbit-terbenam-hingga terbit lagi. Tapi secara kiasan ni, pernah naik tangga kan? kalau cuman 1 2 tingkat masih ok...coba kalau uda 4 tingkat ke atas...apalagi bawa belanjaan beberapa plastik #curcol pasti ngos-ngosan rasanya... Urusan sosial, arisan, pengajian, zakat infak sodaqoh, tetangga dan banyak hal yg berhubungan dengan dunia luar rmh. at the end ibaratnya setelah naik tangga yang tinggi dan sampai di puncak kelelahan abis-abisan, bukan kiasan, pada akhirnya selalu ada cara penyegaran, entah itu minum air putih dingin, ganti baju yang udah keringetan, duduk santai lonjoran kaki di sofa atau berendam mandi busa dengan air anget biar pegel di badan hilang semua. Tapi bisa jadi sangat sederhana; nonton film-film serial detektive atau drama donlotan suami, makan lengkeng malem2 sendirian, nemenin sobat di indo chatting bergadang karena beda waktu 5 jam, bapanya bawa anak-anak jalan di sabtu minggu biar ibu bisa nyante di rumah, atau bahkan browsing resep dan langsung praktek di dapur biar besok bisa tenang ga masak pagi-pagi. Courtesy of www.gojackiego.com |
Sari AgustiaCerita tentang kehidupan saya, suami dan 2 anak kami tinggal di negara bukan Indonesia... Archives
August 2015
Categories |