Sebenarnya judul di atas menggambarkan keadaan sebenarnya dari perkawinan kami 6 tahun yang lalu. 12 Juli 2008…
Belum genap satu hari ijab Kabul, kami sudah langsung pergi honeymoon dan meninggalkan bekas-bekas pesta kepada kedua pihak keluarga. Alhamdulillah keluarga semua maklum karena bapak memang kerja sangat jauh dan pulang hanya 2 kali sebelum kami resmi nikah, lamaran dan pernikahan. Padahal kalau sekarang dipikir-pikir kasian banget ya mereka ditinggalin berantakan dan penganten malah asik-asikan pergi…punten ya saderek hehehe *tapi terbayar ma oleholehnya kan ya? ;p
Kemudian setelah settle menikah tak pernah kami tinggal dengan orang tua lebih dari 7 bulan…ya kisaran paling sering adalah liburan ke Indonesia 1-2 bulan, lahiran Hito 7 bulanan dan transisi pindah Eropa 4 bulanan. Jadi kabur benar-benar kata REAL dalam perkawianan kami….
Kaburnya Ibu dan Bapak didukung oleh seluruh keluarga. Kenapa?
Sebelum menikah mertua sudah bertanya, “Apa mau ikut Mas kemana pun kerjanya?” Saat itu Ibu masih bekerja di salah satu konsultan di Jakarta, dan Ibu betah disana. Orang tua pun mengikhlaskan apa pun pilihan kami saat itu. Apalagi kalau bisa suatu saat ikut jalan-jalan mengunjungi kami dimana pun berada hehehe
Setelah menikah, aku teringat sebuah pernyataan dari mertua, “Keluargamu itu sekarang suami dan anak-anak.” Dengan kata lain, prioritasku adalah mereka. Tanpa bermaksud mengecilkan arti keluarga besar kami di tanah air tetapi memang begitu adanya. Kini kami hanya tinggal berempat. Ada bak dan buruk tidak semuanya mereka tahu. Dan semuanya membawa berkah tersendiri bagi kami…
BOSSY vs PEMALAS
Jangan heran sebagai anak pertama di keluarga, Ibu memang punya tabiat dominan…Ada baiknya karena pada akhirnya Ibu dapat menghandel semua pekerjaan rumah mostly sendirian, berani ditinggal dengan 2 anak saat Bapak pergi dinas keluar dan menghandel seluruh urusan dokterdan sekolah.
Jangan ditanya kesusahannya, kelupaannya dan keribetannya. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah pasang kalender besar yang bisa diisi kegiatan hari ini apa aja…tak jarang pasang tu tempelan warna warni di kalender tadi untuk noted hal-hal penting di hari itu.
Ibu kerja sendiri? Seringnya Iya karena Bapak bekerja.
Stress…Sangat bisa! Karena bossy selalu disandingkan dengan perfect!
Itulah kenapa sifat bapak yang pemalas aka santai…terlalu santai malahan kadang bisa menjadi penyeimbang. Bapak ga pernah maksa beres-beres, makanan apapun di meja (atau kulkas) ya dimakan aja, mau pergi kemana Ibu boleh, bisa dititipin belanjaan pas pulang kantor sampai urusan anak-anak pun ga banyak komentar.
Meski santai, Bapak pun bisa ko bantuin ibu di dapur dan beberes rumah, tanpa diminta pun bisa ;)…ga perfet si karena perfecto kan milik IBU :D
Belum genap satu hari ijab Kabul, kami sudah langsung pergi honeymoon dan meninggalkan bekas-bekas pesta kepada kedua pihak keluarga. Alhamdulillah keluarga semua maklum karena bapak memang kerja sangat jauh dan pulang hanya 2 kali sebelum kami resmi nikah, lamaran dan pernikahan. Padahal kalau sekarang dipikir-pikir kasian banget ya mereka ditinggalin berantakan dan penganten malah asik-asikan pergi…punten ya saderek hehehe *tapi terbayar ma oleholehnya kan ya? ;p
Kemudian setelah settle menikah tak pernah kami tinggal dengan orang tua lebih dari 7 bulan…ya kisaran paling sering adalah liburan ke Indonesia 1-2 bulan, lahiran Hito 7 bulanan dan transisi pindah Eropa 4 bulanan. Jadi kabur benar-benar kata REAL dalam perkawianan kami….
Kaburnya Ibu dan Bapak didukung oleh seluruh keluarga. Kenapa?
Sebelum menikah mertua sudah bertanya, “Apa mau ikut Mas kemana pun kerjanya?” Saat itu Ibu masih bekerja di salah satu konsultan di Jakarta, dan Ibu betah disana. Orang tua pun mengikhlaskan apa pun pilihan kami saat itu. Apalagi kalau bisa suatu saat ikut jalan-jalan mengunjungi kami dimana pun berada hehehe
Setelah menikah, aku teringat sebuah pernyataan dari mertua, “Keluargamu itu sekarang suami dan anak-anak.” Dengan kata lain, prioritasku adalah mereka. Tanpa bermaksud mengecilkan arti keluarga besar kami di tanah air tetapi memang begitu adanya. Kini kami hanya tinggal berempat. Ada bak dan buruk tidak semuanya mereka tahu. Dan semuanya membawa berkah tersendiri bagi kami…
BOSSY vs PEMALAS
Jangan heran sebagai anak pertama di keluarga, Ibu memang punya tabiat dominan…Ada baiknya karena pada akhirnya Ibu dapat menghandel semua pekerjaan rumah mostly sendirian, berani ditinggal dengan 2 anak saat Bapak pergi dinas keluar dan menghandel seluruh urusan dokterdan sekolah.
Jangan ditanya kesusahannya, kelupaannya dan keribetannya. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah pasang kalender besar yang bisa diisi kegiatan hari ini apa aja…tak jarang pasang tu tempelan warna warni di kalender tadi untuk noted hal-hal penting di hari itu.
Ibu kerja sendiri? Seringnya Iya karena Bapak bekerja.
Stress…Sangat bisa! Karena bossy selalu disandingkan dengan perfect!
Itulah kenapa sifat bapak yang pemalas aka santai…terlalu santai malahan kadang bisa menjadi penyeimbang. Bapak ga pernah maksa beres-beres, makanan apapun di meja (atau kulkas) ya dimakan aja, mau pergi kemana Ibu boleh, bisa dititipin belanjaan pas pulang kantor sampai urusan anak-anak pun ga banyak komentar.
Meski santai, Bapak pun bisa ko bantuin ibu di dapur dan beberes rumah, tanpa diminta pun bisa ;)…ga perfet si karena perfecto kan milik IBU :D
source: yourbellalife.com
KERAS KEPALA
Kami berdua sebenernya keras kepala lo…mudah-mudahan ga keras hati hihihi
Kadar keras kepalanya bisa diatur tergantung channel keadaan. Umumnya Ibu lebih sabar…maklum kan Ibu-ibu :p
Karena keras kepala debat juga suka aja terjadi…tapi sekarang kayanya ga banyak debat ga perlu, kami mulai paham bahwa memang berbeda. Kalau uda kesal dan malah debat kebanyakan salah seorang memilih beraktifitas sendiri, nonton atau masak atau main ma anak-anak daripada lanjut bicara. Toh nanti ilang sendiri keselnya…kadang debatnya juga bukan hal principal dan lebih baik diam.
ANAK PENYEIMBANG HATI
Alhamdulillah kami dikaruniai 2 anak-anak sehat, Hito dan Giska. Kadang emang sedih kalau ingat mereka tinggal jauh dari kakek neneknya. Namun kami bersukur juga karena masih punya kesempatan mengunjungi dan dikunjungi pada saat kami tinggal di KL dan Aachen, sekarang.
Doa kami selalu agar Eyang-eyangnya panjang umur dan sehat selalu supaya bisa melihat cucu-cucunya sampai dewasa.
Buat Ibu, mereka adalah teman. Dikala Bapak pergi dinas lama maka mereka ada menceriakan dan ngotorin rumah (itu si selalu hehehehe). Mereka juga pusat konsentrasi. Setelah tak bekerja profesional akademis, sekarang beralih menjadi ibu profesional buat dunia akhirat anak-anak itu, InsyaAllah.
Dikala kesel sama Bapak juga liat mereka bisa mengembalikan mood yang jelek. Ga pengen kesel, berantem berlebihan karena ada mereka.
Kami berdua sebenernya keras kepala lo…mudah-mudahan ga keras hati hihihi
Kadar keras kepalanya bisa diatur tergantung channel keadaan. Umumnya Ibu lebih sabar…maklum kan Ibu-ibu :p
Karena keras kepala debat juga suka aja terjadi…tapi sekarang kayanya ga banyak debat ga perlu, kami mulai paham bahwa memang berbeda. Kalau uda kesal dan malah debat kebanyakan salah seorang memilih beraktifitas sendiri, nonton atau masak atau main ma anak-anak daripada lanjut bicara. Toh nanti ilang sendiri keselnya…kadang debatnya juga bukan hal principal dan lebih baik diam.
ANAK PENYEIMBANG HATI
Alhamdulillah kami dikaruniai 2 anak-anak sehat, Hito dan Giska. Kadang emang sedih kalau ingat mereka tinggal jauh dari kakek neneknya. Namun kami bersukur juga karena masih punya kesempatan mengunjungi dan dikunjungi pada saat kami tinggal di KL dan Aachen, sekarang.
Doa kami selalu agar Eyang-eyangnya panjang umur dan sehat selalu supaya bisa melihat cucu-cucunya sampai dewasa.
Buat Ibu, mereka adalah teman. Dikala Bapak pergi dinas lama maka mereka ada menceriakan dan ngotorin rumah (itu si selalu hehehehe). Mereka juga pusat konsentrasi. Setelah tak bekerja profesional akademis, sekarang beralih menjadi ibu profesional buat dunia akhirat anak-anak itu, InsyaAllah.
Dikala kesel sama Bapak juga liat mereka bisa mengembalikan mood yang jelek. Ga pengen kesel, berantem berlebihan karena ada mereka.
courtesy of mine
MELIHAT DUNIA…
Sejak SMA selalu punya cita-cita untuk bisa keluar negeri. Kalau cita-cita naik pesawat sih kesampaian pas umur 10 tahunan sejak Eyang pindah ke Kalimantan hehehe
Pernah ikutan seleksi beasiswa dan study luar negeri gagal…setelah kuliah mau sekolah di lur juga gagal (ga usah diceritain deh hiks)
Nah yang lucu jurusan luar negeri ini malah kesampaian setelah resmi menyandang gelar Ny Trikukuh.
Punya kesempatan melihat beberapa belahan dunia lain merupakan pengalaman tak terhingga buat Ibu. Apalagi tak pergi sendiri namun dengan suami dan anak. Harapan anak-anak pun terbiasa melihat dunia diluar keadaan amannya. Travelling yang tak sempurna karena penuh kompromi kenyamanan untuk mereka yang masih kecil.
Sejak SMA selalu punya cita-cita untuk bisa keluar negeri. Kalau cita-cita naik pesawat sih kesampaian pas umur 10 tahunan sejak Eyang pindah ke Kalimantan hehehe
Pernah ikutan seleksi beasiswa dan study luar negeri gagal…setelah kuliah mau sekolah di lur juga gagal (ga usah diceritain deh hiks)
Nah yang lucu jurusan luar negeri ini malah kesampaian setelah resmi menyandang gelar Ny Trikukuh.
Punya kesempatan melihat beberapa belahan dunia lain merupakan pengalaman tak terhingga buat Ibu. Apalagi tak pergi sendiri namun dengan suami dan anak. Harapan anak-anak pun terbiasa melihat dunia diluar keadaan amannya. Travelling yang tak sempurna karena penuh kompromi kenyamanan untuk mereka yang masih kecil.
Belahan dunia yang masih kami ingin kunjungi...bersama
TUKANG MASAK dan 2 TUKANG MAKAN
Hobi Ibu memasak di dapur Alhamdulilah terdukung dengan hobi kami makan. Sekarang anak-anak pun mendukung hobi itu karena mulai mereka mulai senang makan dan cemal cemil.
Karena Ibu si tukang masak ini maka Ibu tak dukung Bapak untuk lakukan OCD gara-gara nanti tak ada yang makan masakan Ibu heheh Tapi Ibu sangat dukung Bapak buat olahraga dengan rutin..halow itu sepeda uda nongkrong lama lho! :p
At the end...apa pun kebaikan yang kami peroleh dalam perkawinan kami belum tentu baik untuk orang lain dan begitu juga sebaiknya. Karena kami percaya tiap-tiap perkawinan adalah UNIK. So apapun yang kami miliki kami bersukur dan tak memintanya berubah sedikit pun hanya berusaha semakin lebih baik :)
Hobi Ibu memasak di dapur Alhamdulilah terdukung dengan hobi kami makan. Sekarang anak-anak pun mendukung hobi itu karena mulai mereka mulai senang makan dan cemal cemil.
Karena Ibu si tukang masak ini maka Ibu tak dukung Bapak untuk lakukan OCD gara-gara nanti tak ada yang makan masakan Ibu heheh Tapi Ibu sangat dukung Bapak buat olahraga dengan rutin..halow itu sepeda uda nongkrong lama lho! :p
At the end...apa pun kebaikan yang kami peroleh dalam perkawinan kami belum tentu baik untuk orang lain dan begitu juga sebaiknya. Karena kami percaya tiap-tiap perkawinan adalah UNIK. So apapun yang kami miliki kami bersukur dan tak memintanya berubah sedikit pun hanya berusaha semakin lebih baik :)