Beruntung kalau punya rumah dimana semua fungsinya lengkap, fungsi masak, fungsi entertainment, fungsi cuci mencuci dan menjemur dan berbagai fungsi lain sesuai kebutuhan. Berbeda jika rumah yang kita miliki terbatas karena area yang tidak terlalu besar atau kendala keuangan yang tidak memadai sehingga untuk memenuhi salah satu fungsinya kita perlu mencarinya di tempat lain. Itulah kira-kira kenapa kedai cuci atau waschsalon cukup ramai di Aachen.
Sebelum ibu pindah ke tempat tebengan sementara menunggu pindahan, tidak pernah menginjakan kaki di tempat ini. Sukur sekali karena dapur sudah terfasilitasi dengan mesin cuci dan dryer maka kegiatan cuci mencuci lancar jaya di setiap musim. Memang tidak selalu dryer digunakan. Di musim panas yang ramah matahari, ibu masih menyempatkan mengeringkan baju ala tradisionil dengan jemuran, tapi tidak bertahan lama karena matahari lebih banyak nyumputnya daripada ramahnya. Beberapa teman yang tidak punya pengering menjemur bajunya di dalam rumah dan bisa kering juga.
Nah, demi alasan praktis dan tidak membebani yang ditebengi, maka ibu pun memilih pergi ke waschsalon terdekat. Kebeneran jaraknya hanya tinggal nyebrang apartemen tebengan. Makinlah penasaran dan semangat buat pergi.
Karena anggota keluarga berempat, maka baju ditumpuk hingga sekitar 4 hari. Itupun yang paling banyak baju anak yang sering ganti karena noda. Tumpukan baju kotor sekitar 1,5 kantong belanja IKEA plus sabun cuci dan pewangi.
Sebelum ibu pindah ke tempat tebengan sementara menunggu pindahan, tidak pernah menginjakan kaki di tempat ini. Sukur sekali karena dapur sudah terfasilitasi dengan mesin cuci dan dryer maka kegiatan cuci mencuci lancar jaya di setiap musim. Memang tidak selalu dryer digunakan. Di musim panas yang ramah matahari, ibu masih menyempatkan mengeringkan baju ala tradisionil dengan jemuran, tapi tidak bertahan lama karena matahari lebih banyak nyumputnya daripada ramahnya. Beberapa teman yang tidak punya pengering menjemur bajunya di dalam rumah dan bisa kering juga.
Nah, demi alasan praktis dan tidak membebani yang ditebengi, maka ibu pun memilih pergi ke waschsalon terdekat. Kebeneran jaraknya hanya tinggal nyebrang apartemen tebengan. Makinlah penasaran dan semangat buat pergi.
Karena anggota keluarga berempat, maka baju ditumpuk hingga sekitar 4 hari. Itupun yang paling banyak baju anak yang sering ganti karena noda. Tumpukan baju kotor sekitar 1,5 kantong belanja IKEA plus sabun cuci dan pewangi.
Hari itu hari Sabtu. Ibu sudah menduga kalau weekend adalah hari mencuci bagi banyak pelanggan waschsalon. Benar saja, sekitar jam 9 datang, sudah penuh semua 11 mesin cuci dan masih ada antrian yang menunggu. Kalau melihat dari pelanggannya sih kebanyakan mahasiswa, maklum karena mereka tinggal disemacam rumah kos jadi semua fasilitas serba terbatas. Selebihnya adalah orang yang tua yang pasti di rumahnya tidak punya mesin cuci. Hal ini biasa buat orang di Aachen, beberapa teman pun tidak punya mesin cuci. Karena iklim yang tidak mengharuskan pula terlalu sering berganti pakaian, sebenarnya ritual mencuci ini tidak terlalu menyita waktu. Dilihat dari bawaan pelanggannya, ada yang membawa baju sekoper. Dalam hati iseng berkomentar, "Wah, sepertinya semua bajunya bergantian habis dipakai kalau begini."
Suasana yang mengantri santai dan disiplin, dengan sendirinya kami langsung menghitung giliran masing-masing dengan berpatokan dengan orang sebelum kami. Untuk yang membawa baju banyak, gilirannya ditunggu sampai seluruh bajunya masuk ke mesin cuci, meskipun berarti memerlukan lebih dari satu mesin. Sistem pembayaran menggunakan mesin, biaya 1,9€ per sekali cuci untuk mesin cuci dan dryer 1€ untuk 15 menit. Harganya cukup terjangkau dibandingkan dengan punya mesin dan dryer sendiri. Untuk dryernya pun relatif murah, untuk kapasitas tadi, ibu memakai 2 dryer @15 menit, mengeluarkan yang kering dan melipat rapi dan memutar kembali sekali untuk memastikan yang tersisa pun kering sempurna. Memang ada beberapa bahan yang masih membandel kurang kering, tapi ibu memilih menyemur sebagian di dalam rumah beberapa jam untuk menyempurnakan keringnya.
Lama putaran mesin cuci yang kisaran 20-45 menit tergantung metode pilihan, membuat tidak semua pelanggan nongkrong lama menunggu bajunya selesai dicuci. Ada yang santai meninggalkan bajunya sekedar untuk jalan, makan atau naik ke tingkat atas pulang ke rumah. Namun buat ibu, nongkrong di situ menjadi pengalaman berbeda.
Suasana yang mengantri santai dan disiplin, dengan sendirinya kami langsung menghitung giliran masing-masing dengan berpatokan dengan orang sebelum kami. Untuk yang membawa baju banyak, gilirannya ditunggu sampai seluruh bajunya masuk ke mesin cuci, meskipun berarti memerlukan lebih dari satu mesin. Sistem pembayaran menggunakan mesin, biaya 1,9€ per sekali cuci untuk mesin cuci dan dryer 1€ untuk 15 menit. Harganya cukup terjangkau dibandingkan dengan punya mesin dan dryer sendiri. Untuk dryernya pun relatif murah, untuk kapasitas tadi, ibu memakai 2 dryer @15 menit, mengeluarkan yang kering dan melipat rapi dan memutar kembali sekali untuk memastikan yang tersisa pun kering sempurna. Memang ada beberapa bahan yang masih membandel kurang kering, tapi ibu memilih menyemur sebagian di dalam rumah beberapa jam untuk menyempurnakan keringnya.
Lama putaran mesin cuci yang kisaran 20-45 menit tergantung metode pilihan, membuat tidak semua pelanggan nongkrong lama menunggu bajunya selesai dicuci. Ada yang santai meninggalkan bajunya sekedar untuk jalan, makan atau naik ke tingkat atas pulang ke rumah. Namun buat ibu, nongkrong di situ menjadi pengalaman berbeda.
Buat yang baru dengan agenda cuci ini agak tricky juga, misal bagaimana etika mengeluarkan pakaian orang yang sudah selesai dicuci padahal orangnya belum datang dan tak ada bak baju bersih. Kebetulan memang fasilitas bantuan seperti bak baju untuk simpanan hanya 1. Kalau orang Indonesia yang terbiasa dengan fasilitas pasti akan berkomentar, "irit banget sih!" (itu saya! hehehe) Karena tiba giliran ibu tapi siempunya baju belum datang, ternyata kami berhak mengeluarkan baju yang masih setengah kering itu dan menyimpannya di atas mesin. Bagian atas mesinnya berfungsi ganda, sebagai meja juga menyimpan sesuatu dan sangat bersih. Berulang kali ibu perlu membaca supaya tidak salah dengan tata cara mencucinya. Namun dengan adanya papan yang cukup jelas dipasang di dinding dan bantuan bertanya dengan salah seorang pelanggan akhirnya acara mencuci ibu pertama kalinya sukses.
Kala menunggu, ibu membawa sebuah buku, maksudnya sih, mengusir jenuh. Memang kadang ibu baca, namun sering kali malah memperhatikan apa yang dilakukan orang yang menunggu. Ada yang membawa pekerjaan bertumpuk dan berusaha mengerjakan direntang waktu menunggu, ada yang sibuk ngurusin cuciannya yang sudah kering dari pengering dan melipat segera, merokok di luar area dan kebanyakan berkutat dengan handphone masing-masing. Diacara mencuci kedua kali malah Giska jadi bintang tamu pengembira. Bukannya baca malah sibuk mengayomi dia yang asik main-main menari di sekeliling tempat yang kebeneran sepi.
Dari dua kali pengalaman mencuci di luar rumah, dipikir-pikir tak aneh kalau settingan tempat cuci semacam ini jadi ajang cinlok buat para single. Kenapa tidak? Rutinitas yang selalunya berlangsung bisa menjadikan ini sebagai tempat bertemu rutin dua insan yang kemudian akan jadi dekat. Siapa tahu dimana dia bisa bertemu jodohnya? Eaaaa
Kala menunggu, ibu membawa sebuah buku, maksudnya sih, mengusir jenuh. Memang kadang ibu baca, namun sering kali malah memperhatikan apa yang dilakukan orang yang menunggu. Ada yang membawa pekerjaan bertumpuk dan berusaha mengerjakan direntang waktu menunggu, ada yang sibuk ngurusin cuciannya yang sudah kering dari pengering dan melipat segera, merokok di luar area dan kebanyakan berkutat dengan handphone masing-masing. Diacara mencuci kedua kali malah Giska jadi bintang tamu pengembira. Bukannya baca malah sibuk mengayomi dia yang asik main-main menari di sekeliling tempat yang kebeneran sepi.
Dari dua kali pengalaman mencuci di luar rumah, dipikir-pikir tak aneh kalau settingan tempat cuci semacam ini jadi ajang cinlok buat para single. Kenapa tidak? Rutinitas yang selalunya berlangsung bisa menjadikan ini sebagai tempat bertemu rutin dua insan yang kemudian akan jadi dekat. Siapa tahu dimana dia bisa bertemu jodohnya? Eaaaa